Akhir Pencarian Semut

Sepasang bangku klasik terbuat dari kayu terukir seperti jaman dahulu. Di bagian pojok dekat tempat pembakaran semut kami menikmati suasana sore. Dari meja itu aku bisa mencuri pandang bagaimana semut dibuat. “Hemm aromanya”, cacing perutku teriak-teriak , tidak sabar memangsa semut yang lezat.

Kak Dian membaca daftar menu yang ada. “Dek kamu pesan apa??” sambil menyodorkan daftar menu yang lengkap dengan harganya. “Hihihi, yang coklat ja dech kak..!” sahutku sambil mencentang 1 porsi serabi imut tuping coklat beserta pisang bakar coklat dan segelas teh hangat. Kak Dian masih sibuk mengamati daftar menu. Macam -macam memang, ada semut kacang, selai nanas, susu bahkan ada juga yang menggunakan daging dan sosis sebagai pelengkapnya. ” Ini aja dech….! Yang strowberry ” sahut kak Dian.

serabi_75273_f_110489“Mas mas….!” suaraku merambat hingga ke telinga mas pelayan. Kusodorkan daftar menu yang sudah kami centang sesuai dengan pesanan. “Mbak serabi yah…!” tanyaknya serius. “Iya mas serabi ma pisang bakar” mungkin mas pelayan sedang mencocokkan pesanan dengan daftar yang aku pesan. “Kalo begitu aku imut” sahutan mas pelayan dengan cepat sampil melempar senyum dan meninggalkan meja kami. “Hah….!” apa maksud pelayan tadi. Kak dian ketawa ngakak mendengar sisipan celoteh pelayan itu. “Mau gak dek jadi serabi…. hahahaha!” ujar kak Dian. “Yeeee enak aja, masak sini di bilang serabi, situnya yang imut, kebalik kali..!” Kulirik sewot mas pelayan, dia juga melirik ke arah meja kami sambil menahan tawa. “Kalo gitu kakak yang jadi serabinya dech…. tak gantiin….Kakak kan baik hati dan rajin menabung” kata kak Dian sambil tersenyum menahan geli. Bibirku hanya mencibir saja mendengar argument kakak. “Kakak jadi serabi, adik yang jadi gosong, jadi serabi gosong dech….. huahahaahahah!” lanjut kak Dian sambil ketawa ngakak. Aku yang di ketawain dari tadi hanya diam sambil menahan tawa sendiri.

Hangatnya tungku pemanggangan beradiasi hingga meja kami. Ku perhatikan juru masak semut, bener-bener lihai. Di luar kepala dia menggunakan peralatan masak itu. Jari-jarinya lincah memainkan tungku mungil tempat pembakaran.

Mas pelayan yang tadi mengambil daftar pesanan kami, datang membawa menu-menu yang kami pesan. “Serabi ya mbak..!” sapa mas pelayan. “IYA MAS SAYA PESAN SERABI” suaraku mantab tanpa keraguan. Mas pelayan malah ketawa mendengar kemantapan disertai nada kejengkelan suaraku. Kak Dian menutupi mulutnya, menyembunyikan ketawa di depan aku dan mas pelayan.

Kami mulai menyantap serabi imut yang tadi dipesan. “Wadow wenak….” lidahku menjulur seperti iklan di susu bendera kental manis. Tak mau kalah, Kak Dian juga mulai melancarkan serangan pada serabi imut. “Hemmm…!” dehemnya sambil menikmati rangkaian serabi imut.”Lezat sekali yah pandannya begitu terasa” sahut kakak sambil mengernyitkan dahi . Bagitulah sore itu, kami menghabiskan waktu menikmati fajar yang menyingsing sambil menyantap serabi imut yang begitu hangat. Puas sekali rasanya, tidak rugi kami travelling jauh jauh dan menemukan serabi imut yang begitu lezat.

pic from http://rezza88.wordpress.com

7 Comments

    1. @ontohod : di malang mas onoto, tepatnya di klojen
      @kir31 : :p~~
      @jauhdimata : betul pak
      @aanku ; hihihihih
      @acha : emmm rasane gurih puolll
      @f12man : udah berani ke malang lagi tah mas

      Reply

Leave a reply to Acha Cancel reply