Begundal Jadi Sasaran

Kami tak tau akan politisi
Kami juga tak tau pihak kanan kiri
Yang kami tau adalah bekerja sana sini
Bekerja mengabdi untuk negeri

Siapa yang anda sangka
Adalah sama di mata kita
Sama manusia makan nasi tak makan kaca
Yang bercurah keringat untuk bangsa

Kapasitas senior
Ada di depan seperti interior
Kami tidak mengerti multilevel senior
Tak berjumpa tetapi namanya tersohor

Senior memerintahkan demikian
Kiranya kami melaksanakan
Tanpa tau dibalik gerangan
Ternyata apa ini apa itu punya komandan

Pecutan Semangat #2

“Apa kabar mbak?”

“Alhamdulillah baik pak, bapak gimana?” masih agak terkesima sebentar saya.

“Ya.. masih begini ini” tersenyum sambil mengelap mukanya. Saya menahan tawa melihat beliau mengusap muka, tak tahan “hihihihi”. Diantara bapak ibu guru yang lain, beliau ini punya cirikhas selalu mengusap wajah.Karena cirikasnya inilah temen-temen sering bercanda menirukannya jika sedang dikebiri sama digital praktikum. Entah apa yang ada dimuka beliau, saya perhatikan juga baik-baik saja. Atau mungkin itu gerakan sepontan mengamini hal-hal yang beliau lakukan. “Hihihihih” entahlah…!

“Sekarang bekerja dimana mbak?” tanyanya kembali.

“Saya bekerja di Arsa Lab bersama temen-temen yang lain pak..!” jawabku seraya menyamankan posisi duduk.

“Hemm….”mengernyitkan dahi, ada beberapa lipatan kulit di dahi beliau.

“iya pak sebuah server pulsa dan kami pasarkan ke seluruh wilayah tanah air, ada beberapa temen temen smk yang kerja disana juga…” begitu saya menjelaskan.

“ooo…. oke kalo begitu tunggu pak Marno dulu yaa, beliau Wakasek di sini dan sekarang masih ada jam mengajar. Perlu diketahui sama mbak Ria, sekolahnya ya seperti ini, karena memang sekolah yang baru dirintis, jangan di bayangkan seperti smknya mbak ria…, jadi guru itu gajinya kecil mbak, semoga mbak ria kerasan disini..!”

“iya pak, kebetulan mas fathur sudah menjelaskan kepada saya.  Saya sangat bersyukur sekali sudah diberi kesempatan untuk bertatap muka dengan anak-anak, mengajar mereka ” begitu kata saya kepada Pak Bam. Dalam lagi kata diri saya dalam hati “saya tak kan pernah memikirkan masalah gaji, biarkan saya menikmati ini sebagai wujud senengannya dalam berbagi, menuangkan ilmu, saling belajar” sebuah kata hati yang bullshit bagi ucapan karena munafik untuk kenyataan dan tetap saya genggam.

Dari sini kumulai menata niat, menyalakan lilin semangat, sungguh luar biasa… nikmat ini kecil tapi luar biasa.